Majelis Ulama Menyatakan Program Gafatar Menyimpang

trikpos.com . Majelis Ulama Menyatakan Program Gafatar Menyimpang - Organisasi Gafatar (Gerakan Fajar Nusantara) eksis dan berkembang cukup cepat diseluruh Indonesia, dengan mencari simpati masyarakat melalui kegiatan-kegiatan sosial yang sifatnya membantu pemerintah. Tapi dibalik itu semua, Gafatar mempunyai program yang menyimpang. “Dengan sugesti bahwa hukum di Indonesia kacau, tidak berlandaskan Islam, maling ayam dihukum berat, koruptor di hukum ringan. Dengan itu mereka mengajak anak muda, ini lho wadahnya perubahan yaitu Gafatar,” katanya.

Baca juga : Awal Terbentuknya Organisasi Gafatar


Menurut dia, Gafatar ini cukup eksis lantaran tidak pernah merespon suara-suara miring dari masyarakat, mereka terus berkarya, seperti melakukan kerja bakti, donor darah, pelatihan, bimbel gratis yang sifatnya program membatu pemerintah dengan kegiatan positif. “Ini yang membuat pemerintah agak kecolongan,” ujar Ken yang juga pendiri Republik Ngapak. Dia mengungkapkan, Gafatar tidak bedanya dengan NII, namun Gafatar ajarannya lebih lengkap, karena semua konsep menjadi satu kesatuan seperti ada Lembaga Kerosulan, ada Isa Bugis yang dikomparasi menjadi satu yaitu NII dan dikomparasi lagi dari Islam, Nasrani, Yahudi, tambah komplit. “Gafatar menggunakan konsep militan, orang tidak akan bisa militan jika tidak punya musuh, jadi mereka menanamkan kepada orang yang bergabung bahwa kita punya musuh namanya RI, dan harus merubah RI lebih baik dengan cara mereka,” ujarnya.

Dia mengatakan, sebuah organisasi biasa itu tidak mungkin akan mensejahterakan masyarakat Indonesia, organisasi merupakan perkumpulan dan sebagai alat pemersatu. Sedangkan untuk mensejahterakan masyarakat ini sudah porsinya negara dan bagi konsep mereka untuk merubah system harus dengan sistem tidak bisa dengan organisasi.

“Sebenrnya bukan tidak mengakui RI, tapi lebih pada kekecewaan terhadap kondisi hari ini. Mereka ingin merubah dengan cara mereka dan mereka militan,” ungkapnya.

Pola Perekrutan Gafatar

Pola perekrutan Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) sama seperti pola perekrutan Negara Islam Indonesia (NII). Mereka menyasar orang-orang terdekat atau orang-orang yang baru dikenal melalui komunikasi yang intens dan menggunakan metode menjatuhkan dialog lawan.

“Sama dengan NII, jadi mereka adalah orang-orang terdekat atau orang yang baru dikenal tapi komunikasinya intens, kerena mereka memang ahli-ahli presentasi luar biasa, ahli multilevel, tapi ini produknya hukum tuhan bukan produk barang,” katanya. Menurut dia, siapapun orangnya bisa direkrut, apa itu pejabat atau orang yang pernah didik tentang wawasan kebangsaan seperti PNS. Jadi pendekatannya tidak serta merta langsung pada ideologi, kadang orang pasti punya masalah dengan keluarga, mereka masuk dengan motivasi, setelah target nyaman baru didekati. “Biasanya 1 target 5 perekrut, jadi misal korbannya suka fotografi, kita hadirkan orang yang suka fotografi, ngumpulnya nyaman lalu nanti sedikit-sedikit dimasukin ideologi. Kalau targetnya laki-laki, yang merekrut ya perempuan cantik, targetnya perempuan ya yang merekrut laki-laki ganteng, korbannya mahasiswa ya yang merekrut kuliah negeri. Jadi selalu secara level lebih tinggi. Padahal ya dia tidak kuliah,” ungkapnya.

 Majelis Ulama Menyatakan Program Gafatar Menyimpang

Baca juga : Gafatar Bikin Heboh Yogyakarta

Biasanya, lanjut Ken, selain secara level lebih tinggi, mereka juga selalu menggunakan metode menjatuhkan dialog lawan, jadi dialog yang disesuaikan dengan yang mereka jalani karena mereka bukan hanya berasal dari Islam, namun ada Nasrani, Hindu dan Budha. “Tapi sebenernya lebih kepada wawasan kebangsaan, bukan kepada agama,” ujarnya. Dia menjelaskan, meskipun mereka bukan hanya beragama muslim, tapi semua sama lebih kepada wawasan kebangsaan. Dia mencontohkan wawasan kebangsaan dengan hukum tuhan.

“Di Indonesia ada toko yang menjual miras, kalau dijual umum berarti pabriknya dilegalkan oleh pemerintah, pemerintah berarti tidak sesuai dengan hukum tuhan, melawan hukum tuhan berati dalam konsep agama Islam pemerintah adalah jahiliah, pemerintah menggunakan hukum yang melawan hukum tuhan,” ujar dia mencontohkan saat menjatuhkan dialog lawan. Jadi, dia mengatakan, sugesti yang diterima target, bahwa disana nantinya mereka akan belajar hukum tuhan, ketika belajar hukum tuhan mereka akan berharap bisa untuk memberikan manfaat luas bagi masyarakat Indonesia dengan cara mereka.


Tag : peristiwa
Title : Majelis Ulama Menyatakan Program Gafatar Menyimpang