Gafatar Bikin Heboh Yogyakarta
trikpos.com Markas Dewan Pimpinan Daerah Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) DIY yang berlokasi di kompleks Taman Kuliner Condongcatur, Sleman menggegerkan publik. Hal ini dikarenakan organisasi tersebut beraliran sesat dan telah banyak merekrut anggota secara sembunyi-sembunyi. Bahkan orang-orang di sekitarnya mengakui kalau para anggota Gafatar yang memang muslim itu tidak pernah salat.
Menurut pengakuan Santi, pemilik kios di sebelah markas Gafatar DIY, selama ini tidak ada hal aneh dilakukan para anggota Gafatar. Mereka bersosialisasi seperti biasa. Hanya saja, lanjut dia, mereka tidak melakukan salat seperti muslim kebanyakan.
"Yang jaga itu namanya Deli dan Aditya. Itu jadi koperasi sembako, tapi sering juga ada kegiatan ramai di sini. Saya sering ngobrol sama mereka, mereka memang bilang enggak salat," kata Santi kepada merdeka.com, Senin (11/1).
Sementara itu di Yogyakarta, markas Gafatar berkedok home schooling. Dari penelusuran merdeka.com di Dusun Kadisoka, RT 2 RW 1, Purwomartani, Kalasan Sleman rumah yang digunakan sebagai home schooling saat ini tampak kosong.
Di sisi selatan rumah berserakan botol-botol bekas. Di antara tumpukan botol itu terdapat beberapa kertas basah terkena hujan. Saat diteliti kertas tersebut merupakan berkas-berkas pengurus Gafatar Yogyakarta. Salah satunya formulir pernyataan kesanggupan mengikuti program eksodus DPD Gafatar Yogyakarta dan juga daftar nama anggota.
Home schooling ini terkait dengan seorang pelajar kelas 1 SMA, Ahmad Kevin Aprilio (16) yang menghilang dari rumahnya sejak 26 November 2015. Kevin diduga direkrut Gafatar. Kevin yang merupakan warga Jetis, Sinduadi, Sleman semula berpamitan ingin menjenguk kakeknya di Bima, NTB yang sedang sakit. Dia pun pergi bersama ayahnya, Sanggar Yamin dan meninggalkan sepucuk surat.
Maria Resubun, nenek Kevin mengatakan kepergian Kevin semula baik-baik saja. Namun sehari setelah pergi, Kevin tidak bisa lagi dihubungi. "Ayahnya meminta izin mengajak Kevin menjenguk kakeknya yang sakit di Bima. Setelah pergi pakai mobil, sudah tidak bisa lagi dihubungi," katanya saat ditemui wartawan di rumahnya, Minggu (10/1).
Setelah itu keluarga menemukan sepucuk surat yang ditinggalkan Kevin. Surat tersebut bukan ditujukan untuk Ibunya, Olivia Sandra Yunita, tetapi ditujukan kepada pengurus Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) di Yogyakarta.
"Inti suratnya menjelaskan kalau bergabung dengan Gafatar tapi tidak dengan ibunya, hanya dengan ayahnya," terangnya.
Sebelum menghilang, Kevin bersikap aneh. Kevin yang biasanya rajin ke masjid dan bergaul dengan tetangganya, menjadi lebih banyak pergi tanpa sepengetahuan ibunya.
Dari daftar nama tertulis yang ditemukan di home schooling, nama ayah Kevin yaitu Sanggar Yamin pada nomor urut 53. Selain nama ayah Kevin, ada sekitar 25 orang nama yang diberi tanda silang dan dilingkari. Selain itu ada juga absensi peserta Bina Mental Spiritual (BMS) DPD Gafatar Sleman.
Tak lama setelah beredar kabar kehilangan Kevin, Polda DIY mendapat laporan lagi tentang hilangnya Kukuh Pambudi, warga Sleman.
Direskrimum Polda DIY, Kombes Pol Hudit Wahyudi mengatakan, memang ada laporan Kukuh juga menghilang bersama keluarganya, dan terlibat organisasi Gafatar.
"Sejauh ini sudah ada empat yang hilang, itu laporan yang masuk ke Polda," kata Hudit kepada merdeka.com.
Hudit melanjutkan, keempat orang hilang itu semuanya terhubung dengan organisasi Gafatar. Dari data ditemukan di markas Gafatar Sleman, nama Kukuh Pambudi masuk dalam keanggotaan Gafatar.
"Kukuh itu juga anggota Gafatar. Kalau yang lain juga terkait, misalnya ayah Kevin itu anggota Gafatar, lalu membawa Kevin," ucap Hudit.
Sampai saat ini pihak kepolisian masih melakukan pencarian. Hudit belum bisa memberikan gambaran sejauh mana penyelidikan dilakukan. "Kami belum bisa beritahu, nanti kalau sudah benar kami temukan akan segera kami beritahukan wartawan," tutup Hudit.
Tidak hanya Kevin dan Pambudi, dr Rica Tri Handayani diduga terlibat Gafatar. Hal ini didukung dengan dr Rica Tri yang sejak kuliah sudah aktif di Gafatar Yogyakarta. Hal itu disampaikan oleh Direskrimum Polda DIY, Kombes Pol Hudit Wahyudi, kepada merdeka.
"Benar, dr Rica dulu sempat aktif sebagai anggota Gafatar saat masih kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta di sini," kata Hudit.
Hudit melanjutkan, rekan Rica di Jawa Tengah, yaitu dr. Diah Ayu, juga menghilang. Keduanya dulu kuliah satu kampus dan sama-sama aktif di Gafatar.
"dr. Diah Ayu itu temannya Rica. Bukan Diah Ayu yang di Sleman, kebetulan namanya sama. Keduanya aktif Gafatar saat kuliah. Kemudian setelah menjadi dokter, keduanya diam-diam ikut Gafatar di wilayah masing-masing," ujar Hudit. Secara keseluruhan, keempat warga Yogya hilang memang berkaitan dengan Gafatar. Polisi memperkirakan penjemput Diah Ayu Yulianingsih adalah orang sama dengan yang menjemput dr. Rica.
"Yang berisial ES itu orang yang menjemput Diah Ayu dan juga Rica," ucap Hudit.
Sampai saat ini, Polda DIY masih melakukan pencarian. Polisi menyangkal Rica hilang karena diculik. "Tidak diculik, informasi itu tidak benar. Kami mengimbau jangan membuat isu yang membuat informasi menjadi simpang siur," tandas Hudit.
Tag : peristiwaMenurut pengakuan Santi, pemilik kios di sebelah markas Gafatar DIY, selama ini tidak ada hal aneh dilakukan para anggota Gafatar. Mereka bersosialisasi seperti biasa. Hanya saja, lanjut dia, mereka tidak melakukan salat seperti muslim kebanyakan.
"Yang jaga itu namanya Deli dan Aditya. Itu jadi koperasi sembako, tapi sering juga ada kegiatan ramai di sini. Saya sering ngobrol sama mereka, mereka memang bilang enggak salat," kata Santi kepada merdeka.com, Senin (11/1).
Sementara itu di Yogyakarta, markas Gafatar berkedok home schooling. Dari penelusuran merdeka.com di Dusun Kadisoka, RT 2 RW 1, Purwomartani, Kalasan Sleman rumah yang digunakan sebagai home schooling saat ini tampak kosong.
Di sisi selatan rumah berserakan botol-botol bekas. Di antara tumpukan botol itu terdapat beberapa kertas basah terkena hujan. Saat diteliti kertas tersebut merupakan berkas-berkas pengurus Gafatar Yogyakarta. Salah satunya formulir pernyataan kesanggupan mengikuti program eksodus DPD Gafatar Yogyakarta dan juga daftar nama anggota.
Home schooling ini terkait dengan seorang pelajar kelas 1 SMA, Ahmad Kevin Aprilio (16) yang menghilang dari rumahnya sejak 26 November 2015. Kevin diduga direkrut Gafatar. Kevin yang merupakan warga Jetis, Sinduadi, Sleman semula berpamitan ingin menjenguk kakeknya di Bima, NTB yang sedang sakit. Dia pun pergi bersama ayahnya, Sanggar Yamin dan meninggalkan sepucuk surat.
Maria Resubun, nenek Kevin mengatakan kepergian Kevin semula baik-baik saja. Namun sehari setelah pergi, Kevin tidak bisa lagi dihubungi. "Ayahnya meminta izin mengajak Kevin menjenguk kakeknya yang sakit di Bima. Setelah pergi pakai mobil, sudah tidak bisa lagi dihubungi," katanya saat ditemui wartawan di rumahnya, Minggu (10/1).
Setelah itu keluarga menemukan sepucuk surat yang ditinggalkan Kevin. Surat tersebut bukan ditujukan untuk Ibunya, Olivia Sandra Yunita, tetapi ditujukan kepada pengurus Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) di Yogyakarta.
"Inti suratnya menjelaskan kalau bergabung dengan Gafatar tapi tidak dengan ibunya, hanya dengan ayahnya," terangnya.
Sebelum menghilang, Kevin bersikap aneh. Kevin yang biasanya rajin ke masjid dan bergaul dengan tetangganya, menjadi lebih banyak pergi tanpa sepengetahuan ibunya.
Dari daftar nama tertulis yang ditemukan di home schooling, nama ayah Kevin yaitu Sanggar Yamin pada nomor urut 53. Selain nama ayah Kevin, ada sekitar 25 orang nama yang diberi tanda silang dan dilingkari. Selain itu ada juga absensi peserta Bina Mental Spiritual (BMS) DPD Gafatar Sleman.
Tak lama setelah beredar kabar kehilangan Kevin, Polda DIY mendapat laporan lagi tentang hilangnya Kukuh Pambudi, warga Sleman.
Direskrimum Polda DIY, Kombes Pol Hudit Wahyudi mengatakan, memang ada laporan Kukuh juga menghilang bersama keluarganya, dan terlibat organisasi Gafatar.
"Sejauh ini sudah ada empat yang hilang, itu laporan yang masuk ke Polda," kata Hudit kepada merdeka.com.
Hudit melanjutkan, keempat orang hilang itu semuanya terhubung dengan organisasi Gafatar. Dari data ditemukan di markas Gafatar Sleman, nama Kukuh Pambudi masuk dalam keanggotaan Gafatar.
"Kukuh itu juga anggota Gafatar. Kalau yang lain juga terkait, misalnya ayah Kevin itu anggota Gafatar, lalu membawa Kevin," ucap Hudit.
Sampai saat ini pihak kepolisian masih melakukan pencarian. Hudit belum bisa memberikan gambaran sejauh mana penyelidikan dilakukan. "Kami belum bisa beritahu, nanti kalau sudah benar kami temukan akan segera kami beritahukan wartawan," tutup Hudit.
Tidak hanya Kevin dan Pambudi, dr Rica Tri Handayani diduga terlibat Gafatar. Hal ini didukung dengan dr Rica Tri yang sejak kuliah sudah aktif di Gafatar Yogyakarta. Hal itu disampaikan oleh Direskrimum Polda DIY, Kombes Pol Hudit Wahyudi, kepada merdeka.
"Benar, dr Rica dulu sempat aktif sebagai anggota Gafatar saat masih kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta di sini," kata Hudit.
Hudit melanjutkan, rekan Rica di Jawa Tengah, yaitu dr. Diah Ayu, juga menghilang. Keduanya dulu kuliah satu kampus dan sama-sama aktif di Gafatar.
"dr. Diah Ayu itu temannya Rica. Bukan Diah Ayu yang di Sleman, kebetulan namanya sama. Keduanya aktif Gafatar saat kuliah. Kemudian setelah menjadi dokter, keduanya diam-diam ikut Gafatar di wilayah masing-masing," ujar Hudit. Secara keseluruhan, keempat warga Yogya hilang memang berkaitan dengan Gafatar. Polisi memperkirakan penjemput Diah Ayu Yulianingsih adalah orang sama dengan yang menjemput dr. Rica.
"Yang berisial ES itu orang yang menjemput Diah Ayu dan juga Rica," ucap Hudit.
Sampai saat ini, Polda DIY masih melakukan pencarian. Polisi menyangkal Rica hilang karena diculik. "Tidak diculik, informasi itu tidak benar. Kami mengimbau jangan membuat isu yang membuat informasi menjadi simpang siur," tandas Hudit.
Title : Gafatar Bikin Heboh Yogyakarta
Kalo sudah tahu itu organisasi sesat,kenapa mesti bergabung? tanamkan akidah islam yang sesuai dengan al-qur'an dan hadist biar tahu mana tuh yang sesat dan mana yangsesuai dengan syariat.Semoga Allah menjaga akidah dan keimanan kita dari benuk kesesatan agama
ReplyDeleteBetul mas.
Delete